Tanah liat
sekunder atau sedimen (endapan) adalah jenis tanah liat hasil pelapukan batuan
feldspatik yang berpindah jauh dari batuan induknya karena tenaga eksogen yang
menyebabkan butiran-butiran tanah liat lepas dan mengendap pada daerah rendah
seperti lembah sungai, tanah rawa, tanah marine, tanah danau. Dalam perjalanan
karena air dan angin, tanah liat bercampur dengan bahan-bahan organik maupun
anorganik sehingga merubah sifat-sifat kimia maupun fisika tanah liat menjadi
partikel-partikel yang menghasilkan tanah liat sekunder yang lebih halus dan
lebih plastis. Jumlah tanah liat sekunder lebih
lebih banyak dari tanah liat primer. Transportasi air mempunyai pengaruh khusus
pada tanah liat, salah satunya ialah gerakan arus air cenderung menggerus
mineral tanah liat menjadi partikel-partikel yang semakin mengecil. Pada saat
kecepatan arus melambat, partikel yang lebih berat akan mengendap dan
meninggalkan partikel yang halus dalam larutan. Pada saat arus tenang, seperti
di danau atau di laut, partikel – partikel yang halus akan mengendap di
dasarnya. Tanah liat yang dipindahkan bisaanya terbentuk dari beberapa macam
jenis tanah liat dan berasal dari beberapa sumber. Dalam setiap sungai, endapan
tanah liat dari beberapa situs cenderung bercampur bersama. Kehadiran berbagai
oksida logam seperti besi, nikel, titan, mangan dan sebagainya, dari sudut ilmu
keramik dianggap sebagai bahan pengotor. Bahan organik seperti humus dan daun
busuk juga merupakan bahan pengotor tanah liat.
Tanah liat dihasilkan oleh alam,
yang bersal dari pelapukan kerak bumi yang sebagian besar tersusun oleh
batuan feldspatik,
terdiri dari batuan granit dan batuan beku. Kerak bumi terdiri
dari unsur unsur seperti silikon, oksigen, dan aluminium. Aktivitas panas bumi
membuat pelapukan batuan silika oleh asam karbonat. kemudian membentuk terjadinya
tanah liat.
Tanah Liat atau
tanah lempung memiliki ciri-ciri sebagai berikut.
1. Tanahnya sulit menyerap air sehingga tidak
cocok untuk dijadikan lahan pertanian.
2. Tekstur
tanahnya cenderung lengket bila dalam keadaan basah dan kuat menyatu antara
butiran tanah yang satu dengan lainnya.
3. Dalam
keadaan kering, butiran tanahnya terpecah-pecah secara halus.
4. Merupakan
bahan baku pembuatan tembikar dan kerajinan tangan lainnya yang dalam
pembuatannya harus dibakar dengan suhu di atas 10000C.
Jenis jenis tanah liat :
tanah liat di
bagi dalam dua jenis, primer dan skunder
1. tanah liat Primer
Yang disebut
tanah liat primer (residu) adalah jenis tanah liat yang dihasilkan dari
pelapukan batuan feldspatik oleh tenaga endogen yang tidak berpindah dari
batuan induk (batuan asalnya), karena tanah liat tidak berpindah tempat
sehingga sifatnya lebih murni dibandingkan dengan tanah liat sekunder. Selain
tenaga air, tenaga uap panas yang keluar dari dalam bumi mempunyai andil dalam
pembentukan tanah liat primer. Karena tidak terbawa arus air dan tidak
tercampur dengan bahan organik seperti humus, ranting, atau daun busuk dan
sebagainya, maka tanah liat berwarna putih atau putih kusam. Suhu matang
berkisar antara 13000C–1400 0C, bahkan ada yang mencapai 17500C. Yang termasuk
tanah liat primer antara lain: kaolin, bentonite, feldspatik, kwarsa dan
dolomite, biasanya terdapat di tempat-tempat yang lebih tinggi daripada letak
tanah sekunder. Pada umumnya batuan keras basalt dan andesit akan memberikan
lempung merah sedangkan granit akan memberikan lempung putih. Mineral kwarsa
dan alumina dapat digolongkan sebagai jenis tanah liat primer karena merupakan
hasil samping pelapukan batuan feldspatik yang menghasilkan tanah liat
kaolinit.
Tanah liat
primer memiliki ciri-ciri:
· warna putih sampai putih kusam
· cenderung
berbutir kasar,
· tidak
plastis,
· daya
lebur tinggi,
· daya
susut kecil
· bersifat
tahan api
Dalam
keadaan kering, tanah liat primer sangat rapuh sehingga mudah ditumbuk menjadi
tepung. Hal ini disebabkan partikelnya yang terbentuk tidak simetris dan
bersudut-sudut tidak seperti partikel tanah liat sekunder yang berupa lempengan
sejajar. Secara sederhana dapat dijelaskan melalui gambar penampang irisan
partikel kwarsa yang telah dibesarkan beberapa ribu kali. Dalam gambar di bawah
ini tampak kedua partikel dilapisi lapisan air (water film), tetapi karena
bentuknya tidak datar/asimetris, lapisan air tidak saling bersambungan,
akibatnya partikel-partikel tidak saling menggelincir.
2. Tanah liat Sekunder
Karena pembentukannya melalui
proses panjang dan bercampur dengan bahan pengotor, maka tanah liat mempunyai
sifat: berbutir halus, berwarna krem/abu-abu/coklat/merah jambu/kuning, suhu
matang antara 9000C-14000C. Pada umumnya tanah liat sekunder lebih plastis dan
mempunyai daya susut yang lebih besar daripada tanah liat primer.
Semakin tinggi
suhu bakarnya semakin keras dan semakin kecil porositasnya, sehingga benda
keramik menjadi kedap air. Dibanding dengan tanah liat primer, tanah liat
sekunder mempunyai ciri tidak murni, warna lebih gelap, berbutir lebih halus
dan mempunyai titik lebur yang relatif lebih rendah. Setelah dibakar tanah liat
sekunder biasanya berwarna krem, abu-abu muda sampai coklat muda ke tua.
Tanah liat
sekunder memiliki ciri-ciri:
· Kurang murni.
· Cenderung
berbutir halus.
· Plastis.
· Warna
krem/abu-abu/coklat/merah jambu/kuning, kuning muda, kuning kecoklatan,
kemerahan, kehitaman.
· Daya
susut tinggi.
· Suhu
bakar 12000C–13000C, ada yang sampai 14000C (fireclay, stoneware, ballclay).
· Suhu
bakar rendah 9000C–11800C, ada yang sampai 12000C (earthenware).
Warna
tanah tanah alami terjadi karena adanya unsur oksida besi dan unsur organis,
yang biasanya akan berwama bakar kuning kecoklatan, coklat, merah, wama karat,
atau coklat tua, tergantung dan jumlah oksida besi dan kotoran-kotoran yang
terkandung. Biasanya kandungan oksida besi sekitar 2%-5%, dengan adanya unsur
tersebut tanah cenderung berwarna Iebih gelap, biasanya matang pada suhu yang
lebih rendah, kebalikannya adalah tanah berwama lebih terang atau pun putih
akan matang pada suhu yang lebih tinggi.
Menurut titik leburnya, tanah
liat sekunder dapat dibagi menjadi lima kelompok besar, yaitu:
1. Tanah Liat
Tahan Api (Fireclay).
Kebanyakan tanah
liat tahan api berwarna terang (putih) ke abu-abu gelap menuju ke hitam dan
ditemukan di alam dalam bentuk bongkahan padat, beberapa diantaranya berkadar
alumina tinggi dan berkadar alkali rendah. Titik leburnya mencapai suhu ±
1500 ºC. Yang tergolong tanah liat tahan api ialah tanah liat yang tahan
dibakar pada suhu tinggi tanpa mengubah bentuk, misalnya kaolin dan mineral
tahan api seperti alumina dan silika. Bahan ini sering digunakan untuk bahan
campuran pembuatan massa badan siap pakai, untuk produk stoneware maupun
porselin.
Karena beberapa
sifatnya yang menguntungkan, antara lain berwarna putih, mempunyai daya lentur
dan sebagainya, maka Kaolin juga dipakai sebagai bahan pengisi untuk produk
kertas dan kosmetik.
2. Tanah Liat
Stoneware.
Tanah liat
stoneware ialah tanah liat yang dalam pembakaran gerabah (earthenware) tanpa
diserta perubahan bentuk. Titik lebur tanah liat stoneware bisa mencapai suhu
1400 ºC. Bisaanya berwarna abu-abu, plastis, mempunyai sifat tahan api dan
ukuran butir tidak terlalu halus. Jumlah deposit di alam tidak sebanyak deposit
kaolin atau mineral tahan api. Tanah liat stoneware dapat digunakan sebagai
bahan utama pembuatan benda keramik alat rumah tangga tanpa atau
menggunakan campuran bahan lain. Setelah suhu pembakaran mencapai ± 1250 ºC,
sifat fisikanya berubah menjadi keras seperti batu, padat, kedap air dan bila
diketuk bersuara nyaring.
3. Ballclay.
Disebut juga
sebagai tanah liat sendimen. Ball Clay berbutir halus, mempunyai tingkat
plastisitas sangat tinggi, daya susutnya besar dan bisaanya berwarna abu-abu.
Tanah liat ini mempunyai titik lebur antara 1250 ºC s/d 1350 ºC. Karena sangat
plastis, ball clay hanya dapat dipakai sebagai bahan campuran pembuatan massa
tanah liat siap pakai.
4. Tanah Liat
Earthenware.
Bahan ini sangat
banyak terdapat di alam. Tanah liat ini memiliki tingkat plastisitas yang
cukup, sehingga mudah dibentuk, warna bakar merah coklat dan titik leburnya
sekitar 1100 ºC s/d 1200 ºC. tanah liat merah banyak digunakan di industri
genteng dan gerabah kasar dan halus. Warna alaminya tidak merah terang tetapi
merah karat, karena kandungan besinya mencapai 8%. Bila diglasir warnanya akan
lebih kaya, khususnya dengan menggunakan glasir timbal.
5. Tanah Liat
Lainnya. Yang termasuk kelompok ini adalah jenis tanah liat monmorilinit.
contohnya bentonit
yang sangat halus dan rekat sekali. Tanah liat ini hanya digunakan
sebagai bahan campuran massa badan kaolinit dalam jumlah yang relatif kecil
Tanah liat sekunder atau sedimen (endapan) adalah jenis tanah liat hasil pelapukan batuan feldspatik yang berpindah jauh dari batuan induknya karena tenaga eksogen yang menyebabkan butiran-butiran tanah liat lepas dan mengendap pada daerah rendah seperti lembah sungai, tanah rawa, tanah marine, tanah danau. Dalam perjalanan karena air dan angin, tanah liat bercampur dengan bahan-bahan organik maupun anorganik sehingga merubah sifat-sifat kimia maupun fisika tanah liat menjadi partikel-partikel yang menghasilkan tanah liat sekunder yang lebih halus dan lebih plastis. Jumlah tanah liat sekunder lebih lebih banyak dari tanah liat primer. Transportasi air mempunyai pengaruh khusus pada tanah liat, salah satunya ialah gerakan arus air cenderung menggerus mineral tanah liat menjadi partikel-partikel yang semakin mengecil. Pada saat kecepatan arus melambat, partikel yang lebih berat akan mengendap dan meninggalkan partikel yang halus dalam larutan. Pada saat arus tenang, seperti di danau atau di laut, partikel – partikel yang halus akan mengendap di dasarnya. Tanah liat yang dipindahkan bisaanya terbentuk dari beberapa macam jenis tanah liat dan berasal dari beberapa sumber. Dalam setiap sungai, endapan tanah liat dari beberapa situs cenderung bercampur bersama. Kehadiran berbagai oksida logam seperti besi, nikel, titan, mangan dan sebagainya, dari sudut ilmu keramik dianggap sebagai bahan pengotor. Bahan organik seperti humus dan daun busuk juga merupakan bahan pengotor tanah liat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar